IV.3 Kejahatan, Pengadilan dan Hukuman

Kancah kejahatan di Batavia serta hukuman yang ketika itu diterapkan terhadap sejumlah orang mungkin dirasakan terlalu mengerikan oleh pengamat masa kini. Apabila kita membaca catatan kriminal tertua yang dibuat Dewan Tetua, maka kita mungkin berasumsi bahwa di Batavia di mana-mana terjadi pembunuhan, pemerkosaan, penculikan, peracunan, pencurian, penyerangan serta pertempuran antar kesatuan serdadu dan tawuran di jalan. Hukuman mati harus mendapat persetujuan Pemerintah Agung dan kemudian setiap bulan ditulis dalam Catatan Harian Batavia.

Ada dua tempat dilangsungkannya hukuman mati; satu di depan Kastel Batavia dan satu lagi di depan Balai Kota. Kedua lokasi itu merupakan tempat di mana setiap hari orang dapat menonton badan narapidana disetempel dengan besi membara, telinga dan hidung mereka dipotong, atau mereka digantung, badan mereka ditarik serta dipatahkan, dipancung serta aneka macam hukuman mati yang mengerikan; semuanya dilaksanakan oleh algojo dan tukang gantung profesional. Kejahatan dan hukuman di Batavia merupakan sebuah tema yang belum diteliti oleh para sejarawan. Dokumen-dokumen yang diseleksi bercerita tentang berbagai macam kejahatan yang dilakukan orang dari berbagai latar belakang. Pertanyaan kunci adalah, apakah masyarakat kolonial yang rasis justru mendorong kejahatan tertentu, dan apakah penerapan hukum Eropa dan kolonial itu dilaksanakan secara tebang pilih, dan sejauh mana serta kapan. Selain itu, sejauh mana kejahatan dan hukuman terkait dengan sebuah bentuk perbudakan tertentu serta eksesnya di Batavia?