Glosarium

Membaca dan menafsirkan teks dari abad ke-17 dan ke-18 bisa menjadi tantangan karena penggunaan kata-kata dan ejaan yang berbeda dengan bahasa Belanda modern saat ini. Glosarium bisa bermanfaat bagi peneliti dalam memahami arti kata-kata tertentu yang muncul pada sumber arsip dan berasal dari bahasa lain. Arsip-arsip Belanda di ANRI berisi banyak kata-kata yang datang langsung dari bahasa yang digunakan di wilayah Asia Tenggara, tapi juga dari daerah lain.

Beberapa glosarium telah didigitalisasikan dan tersedia secara online untuk mendukung Anda dalam membaca naskah-naskah kuno Belanda, seperti glosarium VOC (sebagian besar berdasarkan deskripsi VOC yang diterbitkan oleh Pieter van Dam pada tahun 1693) dan kata kapal dari abad ke-17 (diterbitkan oleh Witsen pada tahun 1671). Sayangnya, publikasi buku oleh P.G.J. Sterkenburg dalam bahasa Belanda abad ke-17 belum digitalisasi.
Ketika Marginalia dari Catatan Harian didigitalkan, menjadi jelas bahwa marginalia ini juga mengandung istilah yang kurang dikenal yang berasal dari bahasa Melayu, Jawa dan bahasa lainnya pada saat kehadiran Belanda di abad ke-17 dan ke-18. Mona Lohanda memilih beberapa ratus istilah dari marginalia dan dari beberapa kumpulan Resolutieboeken untuk dijelaskan lebih lanjut. Dia sudah membuat acuan-acuan ke glosarium VOC dan sumber lainnya. Istilah tersebut dipublikasikan di sini pada halaman web ini dan bisa juga diunduh (lihat di bawah). Dr. Tom Hoogervorst melakukan penelitian tambahan yang ekstensif dari sudut pandang etimologi, artinya asal kata istilah tersebut dianalisis lebih jauh. Hasil penelitian itu telah ditambahkan juga pada glosarium ini. Glosarium ini, di masa depan juga masih  dapat diperluas dengan mempelajari misalnya kumpulan Resolutieboeken dan Apendiks-apendiks, namun glosarium ini sendiri sudah merupakan sumber yang sangat berharga untuk dapat membaca dan memahami naskah-naskah kuno Belanda, khususnya naskah-naskah arsip VOC di ANRI. 

Publikasi ini dimungkinkan berkat upaya dan kepiawaian dari orang-orang berikut:

  • Dr. Mona Lohanda, Arsiparis Senior ANRI
  • Dr. Tom Hoogervorst, peneliti Linguistik Asia di KITLV Leiden
  • Marco Roling, Insinyur informasi, The Corts Foundation
  • Nurhayu Santoso, penerjemah Indonesia

Glosarium ini didasarkan pada data VOC di ANRI

Silakan unduh di sini Glosarium dalam format PDF atau CSV:

 


Penelusuran sumber kosa kata VOC
oleh Dr. Tom Hoogervorst (KITLV, Universitas Leiden)

Istilah-istilah non-Belanda yang cukup banyak, seperti yang disajikan di glosarium ini, mewakili berbagai bahasa Eropa dan Asia. Beberapa di antaranya telah mempengaruhi bahasa Belanda abad ke-17 secara langsung, sementara bahasa yang lain meminjamkan kosakata melalui bahasa kontak regional – seperti bahasa Persia, Hindi dan Melayu – karena Belanda pernah berhubungan dengan orang-orang dari regio itu. Perbedaan dapat terlihat antara kata pinjaman dari bahasa asing yang terjadi sebelum pendudukan Belanda di Asia Tenggara (misalnya dari bahasa Italia) dan yang didapat sebagai hasil pelayaran-pelayaran dunia (misalnya dari bahasa Jawa).

Bahasa Belanda sudah menjadi bahasa kosmopolitan sebelum berhubungan langsung dengan masyarakat pesisir Asia. Orang Iberia telah mendahului orang Belanda di Atlantik, Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan. Orang Portugis adalah orang Eropa pertama yang meninggalkan dampak mendalam pada sistem komersial, politik, budaya, teknologi dan militer Afrika dan Asia. Pada saat bersamaan, mereka memperkenalkan beberapa konsep ke Eropa yang mereka temukan dalam pelayaran mereka ke timur. Sementara itu, beberapa hal baru dari Amerika memasuki bahasa Eropa (Belanda, Inggris, Prancis, dll.) melalui orang-orang Spanyol. Bahkan bahasa Italia dan Latin telah meninggalkan jejak mereka pada kosa kata budaya Negeri-negeri Rendah (Belanda) jauh hari sebelumnya.

Secara geografis Arab berada di antara Eropa dan Asia, sehingga Arab telah memainkan peran kunci dalam menghubungkan dua benua sejak zaman klasik. Beberapa kata pinjaman dari bahasa Arab masuk ke Eropa secara langsung melalui semenanjung Iberia, atau secara tidak langsung melalui bahasa Persia, Hindi, Melayu dan bahasa Asia lainnya. Dalam arena istilah komersial, dialek Yaman sangat berpengaruh. Bahasa Persia adalah bahasa kebudayaan Iran, Asia Tengah dan anak benua Hindia pada saat Belanda melakukan invasi pertama mereka ke kawasan Samudera Hindia. Orang-orang Turki dari Asia Tengah – yang dulu berbicara bahasa Chagatai yang kini telah punah – juga meninggalkan jejak leksikal yang penting dalam bahasa Persia dan bahasa-bahasa India.

Di anak benua Hindia, bahasa Sanskerta telah lama tidak dipakai menjadi bahasa ibu, namun tetap menjadi bahasa liturgi. Bahasa Hindi, juga dikenal sebagai bahasa Urdu atau Hindustani, adalah bahasa daerah utama di India Utara. Di pantai barat India, bahasa Gujarati, Marathi dan Malayalam adalah salah satu bahasa-bahasa Asia Selatan yang pertama kali ditemukan orang Eropa, ada begitu banyak konsep India yang masuk ke Eropa melalui sumber-sumber tersebut. Lebih jauh ke timur, bahasa Tamil digunakan di sepanjang Pantai Koromandel dan bagian utara pulau Sri Lanka, di mana bahasa Sinhala merupakan bahasa utamanya.

Di kawasan maritim Asia Tenggara, lingua franca utama sejak zaman pramodern adalah bahasa Melayu. Mengingat pentingnya Kepulauan Rempah-Rempah, beberapa istilah VOC secara spesifik dapat diidentifikasikan dengan dialek bahasa Melayu Ambon. Bahasa Ternate dan Tidore, bahasa yang berhubungan erat dengan dua kesultanan yang bersaing di kawasan timur Indonesia, juga berdampak pada kosa kata di wilayah ini. Bahasa-bahasa lain yang berpengaruh di kepulauan Indonesia adalah bahasa Jawa, Bugis dan Makasar. Bahasa Tionghoa pertama yang berhubungan dengan bahasa Belanda, Portugis dan Inggris adalah bahasa Kanton dan terutama bahasa Hokkien (Min Selatan), yang penuturnya telah melakukan kontak erat dengan Asia Tenggara sebelum kedatangan orang Eropa di wilayah tersebut. Bahasa Jepang juga bertukar banyak kata dan konsep dengan bahasa Portugis dan di kemudian hari bahasa Belanda.

Sumber-sumber yang dipakai

  • Arabic – Wehr, Hans, 1976. A dictionary of modern written Arabic. Ithaca, New York: Spoken language services. Third edition.
  • BurmeseMyanmar, 1993. Myanmar-English dictionary. Kensington: Dunwoody Press. Republication. Accessed through here >>
  • Chagatai – Vámbéry, Hermann, 1867. Ćagataische Sprachstudien. Leipzig: F.A. Brockhaus.
  • Hindi – Platts, John T., 1884. A dictionary of Urdu, classical Hindi, and English. London: W. H. Allen & Co. Accessed through here >>
  • Hokkien – Douglas, Carstairs, 1899. Chinese-English dictionary of the vernacular or spoken language of Amoy, with the principal variations of the Chang-chew and Chin-chew dialects. London: Publishing office of the Presbyterian Church of England. New edition.
  • Malay – Wilkinson, R.J., 1932. A Malay-English dictionary (romanised). Mytilene: Salavopoulos and Kinderlis. Two volumes.
  • Malayalam – Gundert, H., 1962. A Malayalam and English dictionary. Kottayam: Sahitya Pravarthaka. Second edition.
  • Marathi – Molesworth, James Thomas, 1857. A dictionary, Marathi and English. Bombay: Bombay Education Society's press. Second edition. Accessed through here >>
  • Persian – Steingass, Francis Joseph, 1892. A comprehensive Persian-English dictionary, including the Arabic words and phrases to be met with in Persian literature. London: Routledge & K. Paul. Accessed through here >>
  • Portuguese – Dalgado, Sebastião Rodolfo, 1921. Glossário Luso-Asiático. Coimbra: Imprensa da Universidade.
  • Sinhala – Clough, B., 1892. Siṅhalese-English dictionary. Colombo: Wesleyan Mission Press, Kollupitiya.
  • TamilTamil, 1924-36. Tamil Lexicon. [Madras:] University of Madras. Six volumes. Accessed through here >>
  • Ternate – Atjo, Rusli Andi, 1997. Kamus Ternate-Indonesia. Jakarta: Cikoro Trirasuandar.
  • Yemen Arabic – Piamenta, Moshe, 1990-1991. Dictionary of post-classical Yemeni Arabic. Leiden etc.: Brill.

 

Unduh infografis dalam format aslinya di sini >>>