Pendahuluan

Dalam era globalisasi dunia dewasa ini, Republik Indonesia yang sekarang merupakan ekonomi ke-enam belas terbesar di dunia dan anggota kelompk G-20, semakin memainkan peran krusial dan penting. Lokasinya antara dua negara raksasa Asia, India dan Cina, memberikan posisi strategis yang sangat penting dalam berbagai urusan dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia berperan serta dalam perkembangan politik, ekonomi, kebudayaan  dan agama global, dan hal tersebut sebenarnyalah sudah demikian sejak kemerdekaannya di tahun 1945.

Masa depan yang mantap membutuhkan pemikiran terkait masa lalu. Bagaimana penduduk Indonesia terkait dengan masyarakat dunia yang lebih luas? Kepulauan Indonesia, atau Nusantara, memiliki sejarah yang teramat kaya. Rentang kelompk etnis, aneka kebudayaan kawasan serta prasarana pemersatuan yang membentuk Indonesia masa kini dapat dilihat dengan jelas oleh semua pihak. Sejarah kecerdasan serta keanekaragaman dengan segala kekayaannya tersebut dapat dipelajari dengan bantuan sejumlah besar dokumen yang terdapat di Arsip Nasional Republik Indonesia.

Website ini memberikan akses atau jalan masuk ke ribuan dokumen yang belum pernah diteliti terkait sejarah Nusantara serta hubungannya dengan dunia luas selama abad ke-tujuh belas dan ke-delapan belas. Website ini juga menghantar kepada sejumlah buku terbitan lama milik Arsip Negara di masa lampau (Landsarchief), mulai dari Catatan Harian Kastel Batavia yang telah diterbitkan (1624-1682).

Selama abad ke-tujuh belas dan ke-delapan belas, kepulauan Indonesia semakin terkait dengan perkembangan global. Sebenarnyalah, masa pra-kolonial Nusantara merupakan pusat jaringan perdagangan antar-Asia. Sikap para usahawan dan pedagang maritim Nusantara yang mengarah ke luar turut membentuk kepribadian penduduknya. Interaksi intensif antara orang-orang dari begitu banyak pulau dan kawasan membentuk jatidiri bersama kepada mereka.

Namun, interaksi Asia-Eropa secara berangsur-angsur mengubah kawasan ini. Namun, luasnya Nusantara membuat perusahaan dagang Eropa mana pun tidak mungkin untuk mengendalikan semua daratan dan lautan. Beberapa kawasan teritorial Nusantara, sejumlah kerajaan dan penguasa, tetap mandiri selama kurun waktu awal. Sejumlah kawasan lain menjadi mangsa dari tekanan yang semakin mencekik dari ‘kewajiban kontrak’, eksploatasi ekonomi dan penekanan militer yang dilancarkan orang-orang Eropa, khususnya VOC.

Selama “Abad Penjajahan Tinggi”, kawasan Nusantara abad ke-tujuhbelas dan ke-delapanbelas mengalami perkembangan yang teramat cepat. Terkait Indonesia, abad penjajahan tersebut berlangsung 124 tahun (1818-1942) ketika menjadi tanah jajahan Hindia Belanda. Penekanan kolonial berujung pada lahirnya semangat nasionalisme dan kemerdekaan serta pertempuran guna merebut kemerdekaan di awal abad ke-duapuluh.

Untuk memperoleh pemahaman lebih baik terkait keberlanjutan serta transformasi kawasan Nusantara, ada sebuah pilihan yaitu: kembali menekuni sumber-sumber arsip. Arsip Nasional Republik Indonesia melestarikan 2,5 kilometer lari arsip yang dibuat oleh Sekretariat Jenderal VOC di Kastel Batavia serta berbagai lembaga kota Batavia. Keseluruhan koleksi tersebut disebut ‘Arsip VOC’

Dalam Arsip VOC termauk pula ribuan surat dan dokumen yang ditulis orang-orang Asia. Sayangnya, dokumen asli (banyak di antaranya berupa surat-surat diplomatik yang penuh hiasan indah) yang ditulis dalam bahasa Jawa, Melayu, Sunda, Cina, Arab atau Persia semuanya tidak terlestarikan.

Catatan Harian Kastel Batavia (1624-1807) merupakan koleksi yang berisi informasi kaya. Semua 165 jilid terdiri dari 80.000 citra digital pada waktunya nanti akan diunggah pada website ini. Sudah sepantasnya untuk juga memperlihatkan sejumlah dokumen yang sudah dialih-bahasakan dan diberi pengantar dalam bagian ‘Harta Karun’ atau ‘Khazanah Informasi’. Untuk menciptakan bagian ini, sejumlah sejarawan internasional melakukan alih aksara serta alih bahasa gunba menunjukan keanekaragaman informasi dalam koleksi bersangkutan.

Harapan kami, semoga banyak ilmuwan, peneliti, mahasiswa dan masyarakat umum akan memanfaatkan website ini secara maksimal dalam penelitian mereka tentang peran masa lalu dan masa kini Indonesia dalam kancah Sejarah Dunia.

Mustari Irawan dan Hendrik E. Niemeijer
Jakarta, 27 September 2013