Kota Batavia dan Kawasan Sekitarnya


Sesudah 1619, dalam sumber-sumber Belanda masih sering dijumpai nama ‘Jaccatra’. Koleksi-koleksi arsip dalam jumlah besar tetang Batavia Tua masih dilestarikan. Arsip Pengurus Balai Yatim Piatu (yang juga termasuk arsip balai harta peninggalan), arsip para notaris dan Dewan Aldermen (pengadilankota) semuanya berasal dari awal abad ketujuhbelas. Kendati secara bertahap Batavia berkembang menjadi kota kolonial paling penting dan paling besar di Asia Tenggara, di akhir abad ketujuhbelas (Goa Portugis dan Manila Spanyol merupakan dua kota kolonial besar lainnya), kegiatan penelitian tentang sejarah kota ini dengan memanfaatkan sumber-sumber arsip primer terabaikan. Salah satu sebabnya adalah karena sesudah kemerdekaanIndonesiatahun 1945, tidak ada banyak perhatian pada topik yang jelas-jelas berhubungan dengan masa kolonial.
Membaca sekilas arsip kota Batavia, kita dapatkan informasi terkait sejumlah topik yang dikenal banyak orang seperti berfungsinya dewan-dewan kota, publikasi peraturan-peraturan (Plakat) dan sejarah dari beberapa bangunan yang masih ada seperti Balai Kota atau Stadhuis (1710) serta gereja ‘Portugis’ (1696). Akan tetapi, tantangan utama yang dihadapi situs di internet ini adalah bahwa sebenarnya masih dapat dilakukan reka-ulang kehidupan sosial sehari-hari, kemunculan dan keterpurukan usaha kecil serta kehidupan masyarakat yang multi etnis dan multi budaya. Sejauh ini, sejarah Batavia selalu dihubungkan dengan kehidupan sosial kelompok elit Kompeni. Jarang sekali dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari dari penduduk seringkali meraih keberhaslilan dalam kehidupan mereka di dalam dan di sekitar kota yang lebih dari sembilan puluh persen penduduknya adalah orang-orang Asia.
Khususnya ‘Ommelanden’ atau kawasan yang ketika itu berada di luar tembok kota; kawasan itu sarat informasi menarik untuk dilakukan studi. Banyak nama yang dikenal sekarang seperti Kuningan, Kalibata, Lebak Bulus, Pondok Gede (Cililitan) sudah muncul dalam buku-buku abad ketujuhbelas disimpan Dewan Distrik yang mengawasi pemeliharaan prasarana dan pencatatan lahan properti dan perkebunan.
Kehidupan urban, pengelolaan air, penanaman padi dan tebu, kepemilikan lahan, pekerja paksa dan budak serta perkawinan antar etnis merupakan topik-topik yang menarik dalam menulis ulang sejarah Batavia. Belum lagi tentang asal muasal orang Betawi yang terdiri dari berbagai kelompok etnisitas. Koleksi Harta Karun memberikan prioritas pada seleksi dokumen-dokumen sejenis itu, yang mengungkap tentang penduduk Batavia yang Asia dan Indo (berdarah campuran), juga tentang keberadaan mereka serta kehidupan sosial mereka. Dengan demikian maka kita akan dapat mengembalikan aspek Asia dari kota ini yang selama ini terabaikan.