IV.5 Ekonomi, Perburuhan dan Perbudakan

Ekonomi Batavia secara kasar dapat dibagi dalam dua kategori: kegiatan bisnis perdagangan, kerajinan tangan, pasar dan pertokoan di dalam kota, serta pertanian dan industri pedesaan di kawasan luar kota (Ommelanden). Kegiatan perdagangan VOC yang semarak mendukung sejumlah sektor kunci pada ekonomi kota termasuk pengangkutan barang di pelabuhan, pengelolaan pergudangan, logistik, perbaikan dan pemeliharaan kapal-kapal di galangan kapal milik angkatan laut yang terletak di Pulau Onrust. Beberapa kontrak yang dibuat antara pemilik kapal swasta dan para investor bercerita tentang jangkauan yang boleh diarungi dunia usaha maritim swasta.

Ekonomi dan perburuhan di Batavia sebagian besar bergantung pada pemanfaatan tenaga kerja paksa yang melibatkan ribuan budak. Separuh penduduk kota adalah budak yang mayoritasnya didatangkan dari pasar-pasar budak tradisional di India, Sulawesi dan Bali serta pulau-pulau di Indonesia bagian timur. Kebanyakan budak merupakan milik pribadi dan sebagian besar pemiliknya adalah warga Asia serta usahawan kecil di bidang pertanian.

Ekonomi setempat di kawasan luar kota mencakup pula produksi gula, beras dan sejumlah sayur mayur dan buah-buahan. Ribuan kontrak kecil yang dibuat antara para pemilik lahan pertanian dan pekerja, antara para pedagang dan produsen semuanya menjadi saksi betapa rajinnya ‘orang Betawi’, yaitu warga (Muslim) Asia bebas dari berbagai keturunan campuran. Warga Asia bebas yang beragama Nasrani kebanyakan keturunan India, para Mardiker, mereka merupakan pemilik lahan dan pedagang yang aktip dan banyak di antara mereka tinggal di dalam lingkungannya masing-masing di sebelah timur di luar tembok kota dan sejumlah lagi di kampong-kampong Tugu dan Depok. Dengan mempelajari daftar pemilik lahan kita dapat mengetahui identitas para penduduk 'Portugis' yang paling awal tinggal di Tugu di akhir abad ketujuhbelas.