Kawasan Maritim Asia, Arab dan Persia, serta Afrika Selatan

Angin musim yang bertiup di Laut Cina Selatan mengembangkan layar sejumlah besar kapal jung yang berangkat dari pantai Jepang dan Cina, mengarah ke sejumlah pelabuhan di Asia Tenggara. Di sisi lain kawasan Maritim Asia, angin senantiasa bertiup di Samudra Hindia dari kawasan Laut Arab hingga ke Teluk Benggala serta mendorong banyak interaksi antara dunia Arab-Muslim, Persia dan India dengan sejumlah kerajaan di Asia Tenggara.

Para pedagang Arab, Armenia, India dan lain-lain bangsa dari Barat mengaitkan kepulauan rempah-rempah dengan sistem perdagangan dunia lama. Di sisi Timur, para pedagang Cina dan bangsa lain di sekitar Laut Cina Selatan juga mendorong pertukaran produk, migrasi orang serta pertukaran pandangan, kebudayaan serta teknologi. Di abad keenambelas, bangsa Portugis dan Eropa lainnya menjalin hubungan antara titik-titik perdagangan Asia tradisional abad pertengahan dengan bagian lain di dunia, dan dengan demikian menghantar Era Global Pertama. Melalui Tanjung Harapan (didirikan tahun 1652 oleh Jan van Riebeeck), barang-barang Asia diangkut ke Eropa, namun ketika itu Eropa belum dapat memberikan banyak sebagai imbalan, kecuali uang tunai dan teknologi. Dalam sejarah Asia, kondisi geografisnya yang khas, termasuk garis-garis pesisirnya, sistem aliran sungainya serta lautannya yang saling menghubungkan, semua itu telah mendorong orang untuk bermigrasi dan bepergian. Pertukaran perdagangan serta kontrak komersial kemudian menyusul. Arsip VOC abad ketujuhbelas dan kedelapanbelas dihasilkan terus menerus dalam lingkungan tersebut. Sebagian arsip itu menjadi saksi dari arus barang-barang serta migrasi orang yang sudah berlangsung ketika itu, umpamanya, kegiatan ekspor tradisional tekstil Coromandel dan candu Benggala ke Sumatra dan Jawa.

II.1 Cina, Jepang dan Formosa dan Philipina
Cina dan Jepang, dua negara maritim, sejak dahulu kala sudah berinteraksi dengan Asia. Tembaga Jepang sudah masuk ke India dan porselin Cina sudah diminati di Jawa. Oleh karena kaisar Cina Yung-lo (1360-1424) dan para pengganti sesudahnya, mendeklarasikan pembatasan pada kegiatan perdagangan luar negeri yang dilakukan para pedagang Cina di kawasan pesisir, maka Belanda menduduki beberapa bagian di Formosa (Taiwan) dari 1624 hingga 1662 ketika Tsjeng Tsjeng-kung alias Coxinga merebut Benteng Zeelandia.
(2 articles)
selanjutnya baca...
II.2 Daratan Asia Tenggara (Tonkin, Siam, Pegu)
Sejumlah kerajaan di daratan Asia Tenggara secara tradisional sudah terjalin dalam jejaring perdagangan Nusantara. Di abad ketujuhbelas, Jawa tetap melanjutkan kegiatan dagang tradisionalnya yaitu mengekspor kuda ke Siam, sementara keluarga-keluarga di Batavia (dan mungkin juga di sejumlah pelabuhan lain) masih terus menggunakan gentong-gentong besar (martaban) yang didatangkan dari Pegu di Birma sekarang (Myanmar), yang dipakai sebagai alat penyimpanan dan pengangkutan barang. Di tahun 1604, Batavia menjalin hubungan dagang langsung dengan Siam (Thailand) dan dengan kerajaan Tonkin di Vietnam Utara di tahun 1637.
(1 article)
selanjutnya baca...
II.3 Teluk Benggala, Pantai Koromandel, Sailan
Di abad ketujuhbelas, kedatangan dua kapal barang besar bermuatan penuh dengan tekstil India dapat berdampak besar pada seluruh pasar barang impor di Jawa. Tidak banyak konsumen Jawa yang mampu membeli tekstil yang begitu mahal. Selain itu, orang Jawa sendiri juga memroduksi kain katun untuk pembuatan batik. Candu yang secara tradisional didatangkan dari Benggala merupakan barang dagangan yang lebih menguntungkan di Asia Tenggara.
(0 articles)
selanjutnya baca...
II.4 Perairan Arab Timur: Malabar, Gujarat
Pantai Malabar merupakan bagian dari kawasan perdagangan di sekitar Laut Arab. Kawasan di Samudra Hindia ini memiliki dinamika perdagangannya sendiri yang tergantung pada arah tiupan angin musim. Di Gujarat, pelabuhan terpenting adalah Cambay yang juga merupakan pusat perdagangan maritim di Samudra Hindia bagian barat selama abad lima belas dan enam belas. Di abad tujuh belas, pelabuhan Surat di Gujarat muncul sebagai pelabuhan terbesar dari kesultanan Mughal di India bagian barat. Pelabuhan itu memainkan peran menentukan dalam menghubungkan India dengan kawasan maritim di Teluk Persia, Laut Merah dan Afrika Timur.
(0 articles)
selanjutnya baca...
II.5 Persia, Jazirah Arab, Madagascar, Mauritsius
Pelabuhan tua Arab, al-Mukhā (Mocha) di Yaman, Muscat (Masqat) di Oman dan beberapa pelabuhan di Teluk Persia seperti Bandar Abbas (Gamron), Bandar-e Rig atau Basra (Ottoman) semuanya terhubung langsung dengan sejumlah pelabuhan dagang di India, utamanya pelabuhan Mogul Surat di Gujarat serta pelabuhan lada seperti Calicut dan Cochin. Para pedagang asing termasuk Arab, Armenia dan Yahudi semuanya memiliki kawasannya masing-masing di kota-kota tersebut. Pelabuhan Nusantara seperti Aceh dan Pariaman (Sumatra), Banten dan Jepara (Jawa) memetik keuntungan dari hubungan langsung dengan kawasan Arab.
(0 articles)
selanjutnya baca...
II.6 Tanjung Harapan
Lima puluh tahun sesudah didirikan, VOC membangun sebuah pos perbekalan permanen di Tanjung Harapan, di tahun 1652. Lima tahun kemudian, penanaman sayur-mayur dan peternakan diswastakan sehingga terjadi arus masuk besar dari petani-petani merdeka, yaitu kaum Boer. Tanah jajahan yang dihuni warga bebas itu kemudian berkembang pesat di akhir abad tujuh belas dan sejumlah permukiman baru bermunculan seperti Stellenbosch dan Peral. Di abad delapan belas, kawasan permukiman itu juga berkembang dan empat distrik didirikan: Kaapstad, Stellembosch, Sellendam dan Graaff-Reinet di timur.
(0 articles)
selanjutnya baca...