Daftar Pertanyaan terkait Kapal Jung Cina dan Kapal Inggris dari dan ke Amoy, Kanton dan Ningpo yang dijawab oleh para Nakhoda Cina, 20 Januari 1701

Kata Pengantar oleh Paul van Dyke

Download the full article in PDF

"Daftar Pertanyaan terkait Kapal Jung Cina dan Kapal Inggris dari dan ke Amoy, Kanton and Ningpo yang dijawab oleh para Nakhoda Cina, 20 Januari 1701" dalam koleksi Harta Karun merupakan contoh bagus betapa kaya khazanah yang terdapat di Arsip Nasional Republik Indonesia.

Para petugas VOC di Batavia ketika itu perlu menelusuri apa yang dilakukan para pesaing mereka di Asia. Sesudah di tahun 1694 Dinasi Qing membuka sejumlah pelabuhan bagi perdagangan, maka perdagangan maritim Cina dengan dunia luar mulai berkembang. Perkembangan ini membawa ancaman cukup besar bagi perdagangan Belanda di Batavia. Masalahnya, bangsa Eropa lain ketika itu dapat langsung pergi ke Cina untuk mendapatkan komoditi Cina dan selain itu, perdagangan Cina dengan Asia Tenggara yang memanfaatkan kapal-kapal jung juga mulai berkembang ketika itu.[1]

Sesudah melakukan sejumlah pelayaran penjajagan ke Cina di akhir tahun 1680-an dan 1690-an, kapal-kapal Inggris dan Perancis mulai singgah di Cina secara lebih teratur. Yang terutama menarik dari daftar pertanyaan ini adalah tanggalnya, karena dibuat pada awal dari yang kemudian berkembang menjadi sebuah akitivitas perdagangan Cina-Eropa yang teratur dan cukup penting di Canton.[2] Orang Belanda menyadari bahwa aktivitas perdagangan tersebut terus berkembang dengan menyimpan catatan kapal-kapal yang berlayar melalui Batavia.

Di tahun 1698, misalnya, Belanda melaporkan kepada para direkturnya di Negeri Belanda bahwa sepuluh kapal Inggris singgah di Batavia tahun itu dengan tujuan Borneo dan/atau Cina; di tahun 1699, para pejabat di Batavia melaporkan bahwa lima kapal jung tiba dari Ningbo, tiga dari Amoy, dua dari Canton, dan dua kapal kecil dari Macao. Di tahun itu, pedagang Inggirs berlayar hingga ke kawasan pesisir Ningbo dan mengirim dua kapal ke kanton; dan di tahun 1700, mereka melaporkan bahwa dari 13 kapal Inggris yang singgah di Batavia, enam bertujuan ke Cina.[3] Para pejabat Belanda itu perlu mengetahui lebih jelas bagaimana perkembangan perdagangan Cina dengan pihak asing; dan itulah alasan mengapa daftar pertanyaan ini dibuat.

Cara terbaik bagi pihak Belanda untuk memperoleh informasi yang mereka perlukan, tanpa harus pergi ke Cina, adalah dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada para nakhoda dari kapal jung Cina yang tiba di Batavia. Mereka ini dipastikan mengetahui kapal dan jung yang tiba dan meninggalkan Cina, termasuk sejumlah hal rinci terkait kegiatan perdagangan. Para nakhoda Cina juga memerlukan informasi tersebut agar dapat menjaga daya saing perdagangan mereka.

Beberapa dari informasi yang dihimpun dari kuesioner itu dilaporkan kepada para direktur VOC di Negeri Belanda. Dalam sebuah surat tertanggal 28 Januari 1701 (delapan hari sesudah kuesioner itu dibuat), pihak Belanda melaporkan bahwa ada empat kapal Inggris di Ningbo [Nimpho], lima kapal di Amoy dan tiga kapal di Kanton. Mereka menyebutkan bahwa pihak Inggris telah menjual barang-barang mereka di Cina dengan memperoleh keuntungan, dan bahwa ada delapan kapal jung Cina yang tiba di Batavia tahun itu.[4] Informasi itu diperoleh dari daftar pertanyaan tersebut.

Rincian lebih khusus dalam kuesioner itu seperti isi muatan kapal Inggirs, Portugis dan jung, jumlah kapal, jumlah awak kapal, semuanya diperlukan para pejabat di Batavia agar mereka dapat mengelola kegiatan perdagangan mereka dengan lebih baik. Pihak Belanda bergantung pada kapal-kapal jung yang membawa barang-barang yang mereka perlukan ke Batavia, ketimbang pergi sendiri ke Cina. Beberapa dari barang-barang Cina itu kemudian dikapalkan kembali ke Eropa dengan menggunakan kapal-kapal VOC. Dengan menelusuri barang-barang apa yang dijual-belikan pedagang Eropa di Cina, maka para pejabat Belanda memperoleh gambaran bagaimana sebaiknya mengelola perdagangan antar Asia.                             

Sekitar 1728, pihak Belanda memutuskan bahwa tidak lagi berdaya guna untuk tergantung pada kapal-kapal jung Cina yang membawa barang-barang ke Batavia dan kemudian mengemas barang-barang itu kembali dan mengirimkannya ke Eropa. Sejak tahun itu dan selanjutnya, mereka mulai mengirim kapal-kapal Cina langsung ke Cina, seperti yang dilakukan oleh pihak Inggris, Perancis dan bangsa-bangsa lain. Sesudah mulai melakukan perdagangan langsung, maka pihak Belanda memperoleh informasi dari tangan pertama tentang apa yang berlaku di Cina. Tetapi tujuh belas tahun sebelumnya, di tahun 1701, nampaknya cara yang paling baik adalah terus bergantung pada kapal-kapal jung membawa barang-barang Cina ke Batavia.

Daftar pertanyaan ini merupakan contoh bagus sekali terkait data macam apa yang dapat ditemukan dalam arsip Belanda. Tidak ada rincian yang sebanding di dalam arsip Cina terkait perdagangan ini, yang berarti bahwa masih ada lebih banyak data lagi yang dapat diperoleh dari arsip-asrsip Belanda. Sesudah VOC mulai mengirim kapal-kapalnya sendiri langsung ke Kanton, para pejabat Belanda di Cina kemudian mengumpulkan informasi dari para nakhoda kapal jung yang tiba di sana.[5] Dewasa ini, catatan-catatan Belanda tersebut merupakan satu-satunya dokumen yang kita miliki terkait perdagangan kapal jung Kanton ke Asia Tenggara. Sebenarnyalah, apabila kita tidak memiliki arsip Belanda dari Kanton itu, maka kita hampir tidak tahu apa-apa tentang kegiatan perdagangan tersebut.[6]

Sejauh terkait dengan kuesioner ini, selain membantu kita memahami lebih baik perihal apa yang terjadi di Batavia, dokumen ini juga mencatat apa yang berlangsung di sepanjang pantai Cina Selatan di tahun 1700. Dokumen ini memberi kita gambaran umum tentang jumlah kapal jung Cinayang terlibat dalam kegiatan perdagangan di Asia Tenggara. Dokumen ini, bersama banyak lagi dokumen serupa di Arsip Nasional Republik Indonesia memberi tambahan rincian bagus pada sejarah Asia yang tidak kita peroleh dari sumber lain mana pun.

 

Referensi:

  • Blussé, Leonard, Strange Company. Chinese setlers, mestizo women and Dutch in VOC Batavia. Providence: Foris Publications, 1988.
  • Cheong, Weng Eang, Chinese Merchants in Sino-Western Trade, 1684-1798. Richmond: Curzon Press, 1997.
  • Van Dyke, Paul A., Merchants of Canton and Macao: Politics and Strategies in Eighteenth-Century Chinese Trade. Hong Kong: Hong Kong University Press, 2011.


[1]Leondard Blussé, Strange Company: Chinese setlers, mestizo women and Dutch in VOC Batavia. Providence: Foris Publications, 1988, Bab 6.

[2]Paul A. Van Dyke, The Canton Trade: Life and Enterprise on the China Coast, 1700–1845. Hong Kong: Hong Kong University Press, 2005; reprint, 2007, Bab 1.

[3] W. Ph. Coolhaas, Generale Missiven van Gouverneurs-Generaal en Raden aan Heren XVII der Verenigde Oostindische Compagnie, Deel VI: 1698-1713. ’s-Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1976, surat-surat tertanggal 10 Juni 1698, 46, 20 Januari 1700, 103, 26 Oktober 1700, 114.

[4] W. Ph. Coolhaas, Generale Missiven, Deel VI: 1698-1713, surat tertanggal 28 Jan. 1701, 148.

[5] Periksa misalnya dagregisters Belanda di Kanton and Makao, yang berisi banyak informasi tetang perdagangan Cina dengan Asia Tenggara. Beberapa dari informasi tersebut dikumpulkan dari para nakhoda kapal jung. Lihat Paul A. Van Dyke and Cynthia Viallé (penyunting), The Canton-Macao Dagregisters. 1762. Macao: Cultural Institute, 2006; Idem 1763, 2008; Idem  1764, 2009.

[6] Berdiskusi tentang kapal dagang jung Cina di Asia Tenggara, termasuk nama kapal, tujuannya, pemiliknya serta daftar muatannya, banyak keterangan berasal dari catatan-catatan Belanda, untuk itu silahkan membaca Paul A. Van Dyke, Merchants of Canton and Macao: Politics and Strategies in Eighteenth-Century Chinese Trade. Hong Kong: Hong Kong University Press, 2011, Bab 4 and Lampiran 4A-4M.

 

Paul Arthur van Dyke, “Daftar Pertanyaan terkait Kapal Jung Cina dan Kapal Inggris dari dan ke Amoy, Kanton dan Ningpo yang dijawab oleh para Nakhoda CIna, 20 Januari 1701”. Dalam Harta Karun. Khazanah Sejarah Indonesia dan Asia-Eropa dari arsip VOC di Jakarta, dokumen 6. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia, 2013.