II.3 Teluk Benggala, Pantai Koromandel, Sailan

Di abad ketujuhbelas, kedatangan dua kapal barang besar bermuatan penuh dengan tekstil India dapat berdampak besar pada seluruh pasar barang impor di Jawa. Tidak banyak konsumen Jawa yang mampu membeli tekstil yang begitu mahal. Selain itu, orang Jawa sendiri juga memroduksi kain katun untuk pembuatan batik. Candu yang secara tradisional didatangkan dari Benggala merupakan barang dagangan yang lebih menguntungkan di Asia Tenggara.

Oleh karena itu, VOC dan para pedagang Eropa lain berusaha untuk menerapkan monopoli impor atas dua barang dagangan tersebut yaitu tekstil dan candu, dengan memanfaatkan semua cara seperti membuat kontrak, menempelkan pengumuman di tembok, mengeluarkan pas perdagangan dan melakukan patroli dengan kapal. Kendati ada kebijakan pembatasan tersebut, selalu saja ada arus masuk candu dan tekstil ilegal. Jaringan perdagangan lama tetap mampu bertahan hingga di era modern, kendati Belanda berusaha menghancurkannya.

Selain candu, bangsa Eropa juga menghimpun produk impor penting lain di kota pelabuhan Chinsura (juga dikenal dengan nama Hooghly) yang terletak di muara Sungai Gangga yaitu ”sendawa atau potassium nitrate” (KNO3) yang digunakan untuk membuat serbuk senjata.

Para pedagang dari Pesisir Coromandel secara tradisional mengekspor benang tekstil ke Asia Tenggara melalui sejumlah pelabuhan di utara yaitu Bheemunipatnam dan Masulipatnam di kerajaan Golconda. Pelabuhan-pelabuhan tersebut kemudian diperebutkan oleh bangsa-bangsa Belanda, Perancis dan Inggris sehingga pamornya surut di paruh kedua abad ke-18.

Sailan atau Sri Lanka secara kebudayaan terkait dengan Pesisir Koromandel. Di tahun 1640, bangsa Belanda merebut pelabuhan Negombo dan Gale yang sebelumnya dikuasai Portugis dan kemudian di tahun 1656 merebut Kolombo. Secara bertahap mereka kemudian mengembangkan kekuasaan di sepanjang kawasan pesisir. Kandy yang merupakan kerajaan Buddha di pedalaman tetap merdeka hingga 1766. Produk utama yang diekspor Sri Lanka adalah gajah dan kayu manis. Kolombo merupakan kota jajahan kedua VOC di Asia sesudah Batavia dan kedua kota saling menjalin hubungan erat. Di dalam jejaring kerajaan VOC, Sailan juga menjadi tempat pembuangan sejumlah pangeran dan bangsawan Indonesia yang berusaha mengusir VOC. Dalam Catatan Harian masih tersimpan sejumlah surat-surat dari para bangsawan yang tersingkir serta pemimpin rakyat yang dibuang itu, memohon agar dapat dipulangkan ke tanah air mereka.