Kerajaan Siam

Hubungan diplomatik antara Thailand, Indonesia, dan Belanda kembali ke abad 17. Setelah mendirikan sebuah loji Belanda di Ayutthaya, penguasa Siam Ekathosarot mengirim seorang duta besar ke Belanda di bulan September 1606. Tindak lanjut setelahnya, sebuah perjanjian ditandatangani tahun 1617. Dengan melihat arsip Belanda di ANRI pada periode awal ini, dokumen-dokumen dan cerita-cerita baru lambat laun terungkap dan akan memberikan pencerahan baru kepada masa lalu kita dan warisan budaya bersama antara bangsa ini.

Ayutthaya 1665 oleh Vingboons

Di antara semua korespondensi diplomatik, terdapat 400 surat yang berkorespondensi antara bangsawan Kerajaan Siam (sekarang Thailand) dan kantor pusat Belanda di Batavia dalam periode 1636 dan 1807.

Biasanya teks hanya dalam Bahasa Belanda dan merupakan  terjemahan salinan dari surat-surat masuk berbahasa Melayu. Surat masuk aslinya kebanyakan hilang atau lenyap menjadi koleksi-koleksi pribadi. Salinan-salinan surat keluar terkadang disimpan dengan teks asli berbahasa Belanda mereka dan terjemahan Bahasa Melayunya. 


Sebelas surat dikelompokkan sebagai artikel Harta Karun 

Sebelas surat dari Kerajaan Siam dan surat balasannya dari Kastil Batavia telah dipelajari lebih rinci oleh sejarawan Belanda Hendrik E. Niemeijer dan Sejarawan Thailand Dhiravat na Pombejra. Surat-surat ini diterima dari tahun-tahun yang beragam dan dari bangsawan yang berbeda. Artikel-artikel ini diperkenalkan dan diterbitkan di bawah ini sebagai suatu kumpulan artikel yang dinamakan Harta Karun bagian ‘III.3 Kerja Sama, Hubungan, dan Diplomasi’.


Meramban koleksi lengkap surat-surat Kerajaan Siam

Kebanyakan surat-surat dilomatik (340) dapat ditemukan hanya di seri Catatan Harian, seri yang sudah dipindai seluruhnya dan diterbitkan daring. Namun sebelas surat hanya dapat dibaca dari Jilid Catatan Harian yang diterbitkan oleh Bataviaasch Genootschap di abad 19. Lima puluh (50) surat dapat ditemukan baik di arsip maupun di buku, misalnya surat-surat tahun 1641 dan 1668 sebagaimana dideskripsikan sebelumnya di artikel Harta Karun. Tentu saja, hal ini memungkinkan bahwa ada lebih banyak surat tersembunyi di arsip atau di tempat lainnya, namun hal ini masih harus diteliti lebih lanjut. Kebanyakan surat-surat berkorespondensi dengan Ayutthaya, yang untuk waktu lama menjadi ibukota Siam. Hanya sebagian kecil surat yang berkorespondensi dengan kota tetangga Thonburi dan Bangkok di pertengahan kedua abad 18.

 

 


Visualisasi Surat-surat Kerajaan Siam

Surat-surat diplomatik antara Kerajaan Siam dan Kastil Batavia dapat divisualisasikan secara dinamis dalam tiga cara: geografis, kronologis, dan sosial. Geografis berarti bahwa lokasi pengirim dan penerima surat dipetakan di atas peta dunia untuk menunjukkan darimana surat-surat sebenarnya berasal. Kronologis dalam hal ini berarti bahwa surat-surat diletakkan dalam satu lini waktu. Sosial berarti juga bahwa pengirim surat dapat dibuat visual dan ukuran dan tempat di dekat pusat mengindikasikan  pentingnya kedekatan mereka dalam berkorespondensi. (klik ‘objek’ dan ‘deskripsi objek’ untuk melihat ini dalam aksi yang lengkap).

Masing-masing visualisasi mempunyai  pembilah waktu yang dapat dipindahkan dan mengubah ukuran ke ‘travel through time’ dan memilih hanya surat-surat dari bingkai waktu tertentu. Di cara yang lebih dinamis ini, anda sendiri dapat mengalami dan menginterpretasikan perubahan-perubahan pada data yang tersedia. Dengan mengklik pada garis, lingkaran, dan batang sebetulnya  akan membawa pada daftar singkat surat-surat yang dapat diklik dan dilihat di arsip yang telah dipindai sendiri. Kami mengundang anda untuk menjelajah ketiga-tiganya visualisasi yang terdapat di bawah ini.  

    

Cara yang lebih langsung untuk memvisualisasikan semua surat-surat diplomatik adalah dengan menyediakan sebuah daftar sederhana. Daftar ini dapat disusun ulang pada ‘insertion date’ atau ‘ruler’. Lema individual  dihubungkan lagi ke arsip yang sudah dipindai, seri ‘Dagregisters’ dan ‘Indlandse Vorsten’