Surat berasal dari Chaophraya Phraklang atas nama Raja Borommakot (memerintah 1733-1758) ditujukan kepada Pemerintah Agung di Batavia, (diterima) 22 Maret 1735, dan jawaban dari Batavia 12 Agustus 1735

Reruntuhan kuil – Wat Phra Sri Sanphet

Kata Pengantar oleh Hendrik E. Niemeijer, Senior Lecturer in Maritime and World History (Diponegoro University, Semarang)

Download the full article in PDF

Pada bulan Maret 1735 akhirnya sepucuk surat diplomatik pertama dari Siam sejak penyerahan kekuasaan di bulan Januari 1733 sampai di Batavia. Setelah Raja Tai Sa meninggal pada 13 Januari 1733, terjadi bentrokan antara berbagai kelompok di kerajaan. Kelompok-kelompok itu masing-masing dari istananya sendiri di Ayutthaya. Pangeran Phon (adik Raja Tai Sa), yang menduduki Wang Chankasem (Istana Depan), dengan cerdik berhasil memanfaatkan kekacauan dan menduduki istana raja. Banyak anggota keluarga kerajaan lainnya yang melarikan diri, beberapa menyamar dengan memakai jubah Buddha, namun mereka berhasil ditangkap di hari-hari berikutnya dan kemudian dirantai. Dua orang pangeran yang menjadi saingan – kedua putra Raja Tai Sa – dieksekusi dengan cara kerajaan, yaitu dengan cara dipukuli sampai mati dengan pentungan-pentungan kayu cendana. Dengan begitu Pangeran Phon berkuasa sebagai Raja Boromakot. Phrakhlang yang baru adalah khun Chamnan yang sama yang telah bergabung dan menolong membangkitkan kudeta Pangeran Phon. Ia menjadi penguasa paling penting pada masa pemerintahan Raja Borommakot.

Para wakil Belanda di Ayutthaya awalnya menilai bahwa Phrakhlang baru ini akan menempatkan VOC pada posisi yang baik. Ketika Pemerintah Agung sudah termakan oleh optimisme ini, maka surat pertama ini meredam kegembiraan itu. Phrakhlang menyatakan dengan bahasa yang jelas bahwa pembayaran untuk barang yang dipasok oleh Perusahaan Kompeni akan dilakukan sebagian dengan kayu secang, sesuai dengan kebiasaan lama, dan tidak setengah dalam timah dan setengah dalam perak. Alasan yang diberikan oleh Phrakhlang adalah menarik: khlang pasti akan menolak pembayaran dengan cara itu, dan dia tidak berada dalam posisi untuk membuat perubahan. Hal ini jelas bahwa para pedagang kerajaan yang digabungkan dalam khlang ini melindungi kepentingan perdagangan mereka. Jika mereka harus mengubah pengiriman kayu secang dan menyediakan produk-produk lain untuk VOC, maka itu akan merugikan harga yang diminta dari para pedagang Asia untuk produk, seperti timah, gading, getah damar dan sebagainya.

Phrakhlang terutama berkepentingan untuk mempertahankan kebiasaan yang sudah dicermati dalam perdagangan. Dalam rangka membangun kembali kebiasaan ini, ia mengadakan suatu penyelidikan terhadap kontrak-kontrak perdagangan lama. Salinan-salinan kontrak yang ditemukan di loji VOC telah rusak oleh serangga dan tidak terbaca lagi. Kontrak-kontrak itu dibandingkan dengan salinan yang disimpan oleh syahbandar Siam, tapi kondisi salinan-salinan itu juga sama buruknya. Dalam korespondensi diplomatik sering kali ada acuan kepada kontrak-kontrak tersebut, namun fakta menunjukkan bahwa dokumen-dokumen itu dalam keadaan terlantar, baik yang ada pada kepala Perusahaan Kompeni maupun juga yang ada pada Phrakhlang (yang menyimpankan dokumen itu pada syahbandar).

Balasan dari Batavia bernada kecewa dan langsung. Mereka mendoakan semua yang terbaik bagi raja baru, tetapi sekaligus juga memberitahukan bahwa VOC benar-benar tidak menginginkan lagi bayaran dalam kayu secang. Apabila hal itu tidak terjadi, maka VOC akan membongkar loji untuk menghindari kerugian lebih lanjut. Nilai ‘kayu pewarna’ itu telah jatuh begitu banyak sehingga ‘kayu itu tidak dapat dihargai lebih baik daripada kayu bakar’. Batavia mengirimkan Opperhoofd (kepala kantor perwakilan perdagangan VOC) baru, Theodorus van den Heuvel, melaporkan pengangkatan Gubernur-Jenderal Abraham Patras, dan mengirimkan sebagai hadiah sejumlah kain, yang mungkin sudah banyak dimiliki Siam.

 

Sumber Acuan:

Bhawan Ruangsilp. Dutch East India Company Merchants at the Court of Ayutthaya: Dutch Perceptions of the Thai Kingdom, c. 1604-1765. Leiden/Boston: Brill, 2007, hlm. 180-194.

Brummelhuis, Han ten. Merchant, Courtier and Diplomat. A History of the Contacts between the Netherlands and Thailand. Lochem-Gent: de Tijdstroom, 1987.

Hendrik E. Niemeijer, “Surat berasal dari Chaophraya Phraklang atas nama Raja Borommakot (memerintah 1733-1758) ditujukan kepada Pemerintah Agung di Batavia, (diterima) 22 Maret 1735, dan jawaban dari Batavia 12 Agustus 1735”. Dalam: Harta Karun. Khazanah Sejarah Indonesia dan Asia-Europa dari arsip VOC di Jakarta, dokumen 26. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia, 2016.