Surat dari Phrakhlang atas nama Süa, Raja Siam (memerintah, 1703-1709) kepada Pemerintah Agung, Maret 1703, dan jawaban dari Batavia, 27 Agustus 1703

CATATAN HARIAN BATAVIA, 19 FEBRUARY 1704

 

[fol. 85]

Terjemahan surat dalam bahasa Melayu yang ditulis oleh berckelang [1] atau penguasa kerajaan Siam kepada Tuan-tuan Yang Mulia di Pemerintahan Agung di Batavia.

 

Surat ini berasal dari sjapia [2] Phraklang ditujukan kepada Gubernur-Jenderal Willem van Outhoorn dan para anggota Dewan Hindia yang telah dipercayai Kompeni mengelola urusan pemerintah di seantero [fol. 86] Hindia. Dengan tindakannya yang tulus, Gubernur-Jenderal yang bijak itu telah meningkatkan persahabatan antara kerajaan Siam dengan Pangeran Oranye dan Kompeni sehingga dewasa ini tiada lagi ketimpangan antara keduanya. Semua urusan Perusahaan Kompeni di seluruh kerajaan Siam sudah kokoh dan mantap di semua bagian kerajaan tanpa terjadi perubahan apa pun. Saya sangat berkeinginan untuk hidup dalam harmoni  dengan Gubernur-Jenderal serta mengusahakan agar semua di masa mendatang menjadi lebih baik lagi. Raja dan Tuan hamba, Somdat Bormat Boesti Prapoudi Tsjouw Dzjouhou [3] telah menitahkan saya untuk semakin memantapkan kesepakatan dengan Pangeran Oranye. Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja  sangat berkenan dengan Gubernur-Jenderal dan memerintahkan agar semua urusan Kompeni diperlancar dan semakin ditingkatkan. Dan juga agar semua keuntungan diberikan seperti sedia kala, dan bahkan dengan melipatgandakan keuntungan.

Opperhoofd (kepala kantor perwakilan VOC) telah mengutus Lowang Tronpanet [4] kepada saya pada hari Selasa tanggal 6 bulan ke-3 tahun Kuda, dan melalui Lowang Tronpanet opperhoofd minta ijin untuk diperkenankan datang ke istana, yaitu sebelum saya mengirim sebuah surat ke Batavia. Karena pada masa Lowang Apywaree [5] dan Lowang Witsit Sakoen, [6] mereka juga telah mengajukan permohonan untuk diperkenankan datang menghadap raja dan pada waktu itu permohonan mereka disetujui oleh Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja [7], kesemuanya sesuai seperti perjanjian yang sudah dibuat sebelumnya, maka beliau [opperhoofd] kini juga mengajukan permohonan yang sama kepada Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja yang sekarang [8] atas nama Gubernur-Jenderal, semoga kesepakatan perjanjian kiranya dapat diperbaharui serta ditetapkan.

Hamba telah memberitahukan hal ini kepada Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja yang kemudian menyatakan kebaikan hati serta suka cita Paduka kepada Gubernur-Jenderal serta Dewan Hindia. Paduka bertitah kepada saya untuk melakukan hal-hal seperlunya yang telah disebutkan dalam kontrak lama, dan sebab itu hamba memerintahkan Lowan Tronpanet untuk mengatakan kepada kapten agar memberikan kepada hamba surat kontrak lama yang disimpan kapten di loji. Dan kemudian hamba pun akan memperbaharui perjanjian serta menandatanganinya, seperti yang diminta oleh Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja kepada hamba sesuai permintaan kapten.

Opperhoofd menyuruh alih bahasa Lowang Trongpanet untuk kembali dengan pesan bahwa beliau tidak dapat mengirim [9] atau pun membawa surat perjanjian untuk diperbaharui, kecuali apabila Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja mengizinkannya untuk menghadap beliau, seperti apa yang terjadi pada masa-masa Lowang Apia Waree dan Lowang Witsit Sakoen. Dengan begitu beliau [opperhoofd] dapat mendengar sendiri kemudahan-kemudahan apa saja yang diberikan kepada Kompeni. Terhadap hal ini hamba memberitahukan opperhoofd bahwa perihal tersebut bertentangan dengan kelaziman dan bahwa dalam tahun Ular, pada masa-masa Lowang Apia Waree dan Lowang Witsit, mereka juga memohon agar perjanjiannya ditulis dan ditandatangani. Pada waktu itu, Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja juga memerintahkan agar Lowang Apia Waree, Willem Keis [10] dan Lowang Witsit Sakoen dan Pieter van den Hoorn [11] menghadap sendiri kepada Duli Yang Maha Mulia Paduka oleh karena ketika itu bangsa Perancis membuat banyak hal buruk di dusun atau negara-negara Ambongian Boery, sehingga di kesempatan tersebut Tuan-tuan Yang Mulia diperbolehkan menghadap Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja dan  pada saat itulah perjanjian diperbaharui dan ditulis ulang. [12] Hamba belum pernah menyaksikan hal seperti yang disebutkan kapten oleh karena hal itu bertentangan dengan kebiasaan.

Hamba telah memohon dengan segala rendah hati kepada Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja yang kini menjadi Tuan hamba agar beliau tetap berkenan mengaruniai kapten, dan mempersilahkannya datang menghadap, namun sampai sekarang belum berhasil memperoleh izin.

Hamba telah mengatakan bahwa kapten telah berulang kali melaksanakan serta memelihara dengan jujur tali persahabatan antara Pangeran Oranye dengan Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja, dan bahwa yang bersangkutan berkeinginan agar boleh dibawa menghadap Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja seperti halnya yang berlaku pada Lawang Apil waree dan Lawang Witsit Sakoen. Opperhoofd mengatakan bahwa ia akan menulis semua hal yang hamba katakan kepada Gubernur-Jenderal. Hamba pun mengatakan kepada beliau bahwa sebaiknya hal itu dilakukan dan memberitahukan kepada  Tuan-tuan Yang Mulia (Gubernur-Jenderal dan anggota dewan), apa yang telah diperintahkan Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja kepada hamba untuk disampaikan kepada kapten.

Pada hari Rabu tanggal 6 di bulan ke-4 tahun Kuda, Lawong Trompanet dan Ombon Witsit Nasa [13] datang kepada hamba. Mereka membawa serta opperhoofd dan orang keduanya ke tempat kediaman Phraklang, di mana semua menteri, perwira serta para abdi raja [fol. 87], baik orang-orang Melayu, Cina, Moor maupun orang Siam sedang berkumpul. Kapten minta kepada hamba agar membawa beliau menghadap Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja, namun hamba mengatakan kepada opperhoofd bahwa permintaan beliau tersebut bertentangan dengan kebiasaan di kerajaan Siam, mengingat pula kenyataan bahwa – demikian hamba katakan – raja lama [14] sudah mangkat, dan telah beralih ke alam baka, dan kini 12 hari belakangan ini, hamba menghadapi banyak sekali kesukaran dengan urusan-urusan agar makam untuk jenazah dilengkapi dengan semua perhiasan yang diperlukan. Namun begitu, apabila kapten memiliki usulan, yang akan hamba sampaikan kepada Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja, mengapa pula beliau ingin begitu tergesa-gesa untuk menghadap kepada Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja. [Hamba pun berkata] bahwa kapten sebaiknya membawa serta surat kontrak perjanjian, dan kontrak itu akan diperbaharui serta ditandatangani agar tali persahabatan dengan Pangeran Oranye pun dapat dipertegas dan semakin diperkuat, sehingga Kompeni akan memperoleh lebih banyak keuntungan dari sebelumnya.

Menanggapi hal itu kapten mengatakan kepada hamba bahwa beliau perlu memohon kepada Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja agar Kompeni hendaknya dimantapkan kegiatan perdagangannya dan agar perjanjian seperti dahulu juga hendaknya diperbaharui serta dibubuhi segel. Beliau selanjutnya berkata, apabila ada yang tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam ayat, maka beliau, kapten, secara pribadi akan mengusahakan untuk mengubahkannya, atau pun mereka yang menggantikannya sebagai pemimpin terkait dengan kegiatan perdagangan Kompeni di Siam, yang direkomendasikan oleh Gubernur-Jenderal dan para anggota dewan untuk melakukannya tanpa ada perbedaan atau kerancuan. [Namun hamba berkata] bahwa apabila beliau, kapten, ataupun para penggantinya yang menjadi pemimpin perdagangan Kompeni di Siam, begitu juga Gubernur-Jenderal dan para anggota dewan Hindia, akan berbuat tidak benar serta tidak memberikan kerjasama, maka hamba pun juga tidak dapat diminta untuk memberikan kerjasama sesuai pendapat hamba. Apa yang dikatakan kapten sangat mirip dengan apa yang dikatakan Lawangapy Waree dan Lowang Witsit Sakoen. Dan hamba pun telah menulis apa yang dikatakan kapten dan memberitahukannya kepada Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja.

Lalu Praya Angkana [15] memerintahkan hamba untuk menulis kontrak perjanjian itu dan menandatanganinya sesuai dengan perjanjian serta kontrak yang disusun Pangeran Oranye dan seperti yang ditulis oleh Loang Apia Waree dan Lowan Witsit Sakoen menurut arahan yang diberikan kapten. Hamba pun berkata kepada kapten agar pada hari Minggu tanggal 8 bulan ke-4 tahun Kuda ia datang kepada saya bersama surat perjanjian tersebut dan bahwa perjanjian itu akan diperbaharui dan ditandatangani. Namun, opperhoofd tidak bersedia datang kepada hamba dan mengutus alih bahasa Long Trongpanit dengan membawa sebuah surat, yang berisi bahwa Kididjongtan [16] mohon untuk diberitahukan kepada Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja bahwa surat perjanjian yang dibuat pada masa Pytery Dya Pytry [17] menetapkan bahwa timah dari Ligor juga diuraikan dan dimasukkan dalam surat perjanjian. Dan bahwa Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja  melalui Praya Angkana mengatur dan memerintahkan agar hal itu dilakukan dan timah Ligor tetap disebutkan dalam surat perjanjian. Hal itu dulu juga sudah disebutkan, dan sesuai dengan permintaan, surat perjanjian itu ditandatangani dan dengan begitu menjadi lebih kokoh dan kini juga dibubuhi segel pada kedua sisinya.

Dengan mengirim surat perjanjian tersebut kepada hamba, kapten menyatakan bahwa beliau tersimpang dari cara yang ditempuh Lawang Apia Waree dan Lowang Witsit Sakoen. Kapten bertindak mengikuti kehendaknya sendiri. Opperhoofd memanglah mengatakan bahwa Kompeni mendapat kemudahan, dan sudah dipastikan akan dapat memperdagangkan barang-barangnya sesuai surat perjanjian lama yang sudah diuraikan dan ditandatangani, namun hamba mengatakan bahwa ini bisa diartikan sebagai:  selama opperhoofd yang sekarang ini atau pun yang mewakilinya atau penggantinya yang akan mengelola urusan Kompeni di kerajaan Siam akan melakukan perdagangan dengan jujur [apabila demikian, maka tidak akan ada masalah]. Akan tetapi apabila kapten atau kepala pedagang  lain yang dipercayakan untuk mengelola urusan Kompeni, atau Gubernur-Jenderal serta anggota Dewan Hindia tidak melakukan kegiatan berdagang secara baik-baik serta melanggar perjanjian, maka hamba pun tidak diharuskan untuk melakukannya dengan baik-baik. Akan tetapi kapten memutar balik makna perkataan tersebut dan menolaknya.

Dan semua ini bukanlah perkataan baru yang langsung dikarang-karang saja, melainkan yang sudah disusun pada masa Lawang Apy Waree dan Lowang Witsit Sakoen dan masih juga dipatuhi. Akan tetapi [fol. 88], opperhoofd mengikuti kehendaknya sendiri dan hanya memanfaatkan yang menguntungkannya dan apa yang tidak disenanginya pun dibuangnya. Hamba bermaksud menulis kembali surat perjanjian itu, namun tidak memperoleh naskahnya, dan hamba pun terpaksa memberitahukan hal ini kepada Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja. Kemudian Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja memerintahkan bahwa apabila surat perjanjian tidak juga disusun serta ditulis seperti yang dilakukan oleh Lawang Apia Waree dan Lowang Witsit Sakoen, mengingat hal itu yang diinginkan kapten, maka hal itu bisa dianggap  merupakan tindak pelanggaran lainnya yang dilakukan kembali oleh kapten, serta bertentangan dengan cara yang ditempuh Lawang Apia Waree dan Lawang Witsit Sakoen. Kapten hanya menghendaki bahwa yang ditulis dan ditandatangani adalah apa yang menguntungkan baginya, dan hal seperti itu tidaklah dapat demikian. Dengan demikian, diperintahkan untuk sekali lagi menanyakan kembali kepada kapten tentang apa pendapatnya. Dan apabila beliau tidak bersedia menulis surat perjanjian, maka hamba diperintahkan untuk menulis kepada Gubernur-Jenderal dan anggota Dewan Hindia untuk mengutus seorang opperhoofd lain yang lebih bijak. Yaitu seorang yang bersedia untuk memelihara jalur tali persahabatan dengan Pangeran Oranye. Hamba bersedia untuk memperbaharui serta menandatangani surat perjanjian, yang akan memberikan kepada Kompeni lebih banyak keuntungan dari sebelumnya. Akan tetapi opperhoofd mengutus Lowan Trongpanit kepada hamba dan mengatakan bahwa beliau [opperhoofd] telah mengirim sebuah surat kepada Gubernur-Jenderal di Batavia, dan bahwa beliau berharap akan diutus seorang kapten lain yang lebih memahami persoalan serta dapat mengamankan kepentingan Kompeni, dan bahwa kemudian beliau berharap akan kembali ke Batavia.

Kapten yang memegang urusan Kompeni di Ligor dan sekarang juga memimpin semua urusan yang ada di Siam, malah telah melakukan lebih banyak kesalahanlagi dibandingkan dengan opperhoofd lain yang sebelumnya tinggal di sini. Beliau melakukan banyak hal sesuai pendapatnya serta kemaunannya sendiri, yang bertentangan dengan tali persahabatan yang ada. Beliau melakukan hal-hal bodoh karena dalam kegiatan perdagangannya hanya ingin mengambil keuntungan pribadi sehingga merugikan Kompeni. Kapten tidak memiliki kemampuan perihal urusan perdagangan. Apabila Gubernur-Jenderal mengirim kain atau barang-barang istimewa lainnya untuk dijual, maka hal yang pertama dilakukan kapten ketika merundingkan harga barang-barang itu dengan para pegawai bendahara adalah terutama menghitung dahulu berapa keuntungan bagi dirinya sendiri. Dia mematok harga terlalu tinggi sehingga sangat bertentangan dengan cara yang ditempuh para kapten sebelumnya yang berdagang dengan bendahara sehingga memperoleh keuntungan besar. Apabila hamba membandingkan harga tekstil dan komoditas lainnya yang diminta para kapten sebelumnya dengan yang diminta kapten yang sekarang ini, maka harga tersebut jauh lebih tinggi. Lalu, apabila hamba membandingkan dan memeriksa sampel-sampel kain maka opperhoofd tidak dapat berkata banyak. Oleh karena itu hamba merasa bahwa kapten telah berbohong, dan menimpakan kesalahan kepada Gubernur-Jenderal yang dikatakannya telah memerintahkan untuk minta harga jual yang demikian. Apabila ditawar sesuai harga yang ditetapkan sebelumnya, maka kapten tidak berkenan dan hanya ingin menjual dengan harga yang dimintanya. Menurut beliau, harganya jauh lebih tinggi dari harga barang-barang dari pedagang lain yang datang berniaga di Siam. Hamba telah melarang orang untuk percaya kata-kata kapten, yang tetap bertahan pada harga yang begitu tinggi, oleh karena hamba tidak dapat berbuat lain kecuali memperkirakan bahwa kapten menimpakan kebohongannya kepada pihak Tuan-tuan Yang Mulia, karena tidak mungkin bisa dipercaya kalau Tuan-tuan Yang Mulia meminta harga demikian, melainkan tak disangsikan lagi bahwa Tuan-tuan Yang Mulia justru memerintahkan opperhoofd untuk menawarkan barang-barang dengan harga yang lazim yang dapat diterima oleh para bendahara. Setiap tahun opperhoofd melakukan pelanggaran terhadap jalur tali parsahabatan dan nampaknya yang bersangkutan sudah pun kehilangan akal sehat. Yang bersangkutan mau menjual barang-barang dengan harga lebih mahal dan meraup kuntungannya untuk dirinya sendiri. Tindakan tersebut bukanlah merupakan cara berdagang yang jujur, dan itu bertentangan dengan jalur tali persahabtan yang berdampak merugikan Kompeni. Kapten tidak bersedia untuk berunding atau pun untuk bertindak bijak, dan oleh karena itu yang bersangkutan membuat lebih banyak kesalahan dibandingkan dengan para kapten sebelumnya, yang bekerja untuk Kompeni dan bermukim di sini. Apabila opperhoofd masih lebih lama lagi mengelola urusan Kompeni di sini, maka hal itu tidak akan memberikan kepuasan dan tidak akan dapat menjaga jalur tali persahabtan, sehingga akan mengkibatkan lebih banyak kerugian untuk Kompeni. Sudah berkali-kali yang bersangkutan melakukan pelanggaran dalam berbagai kesempatan, seperti yang  terlihat dalam laporan, sehingga kini Gubernur-Jenderal hendaknya menjadi maklum bahwa kapten selalu meminta harga barang yang begitu tinggi, dan bahwa hal itu harus dilarang dan juga agar perbedaan [harga] tidak diberikan lagi.

Ketika Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja wafat, yaitu pada hari Sabtu tanggal 10 [fol. 89] di bulan ke-3 tahun Kuda [18], maka hamba minta kepada kapten untuk sesegera mungkin menulis ke Batavia perihal tersebut, dan memberikan surat tersebut kepada mualim kapal yang harus segera berlayar sebelum angin monsun berlalu. Atas permintaan hamba itu, opperhoofd minta kepada hamba untuk memperbaharui surat perjanjian dan menandatanganinya, menurut aturan lama, dan hal itu pun segera hamba sampaikan kepada Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja. Beliau kemudian memerintahkan agar hamba menyusun surat perjanjian dan menandatanganinya, seperti yang lazim dilakukan, dan selanjutnya memerintahkan agar seorang mualim kapal diperintahkan untuk segera berlayar ke Batavia sebelum angin monsun berlalu. Perintah tersebut tidak dilaksanakan oleh kapten, dan sebaliknya ia berbohong demi membebaskan diri dari segala kesalahan, dan bahkan mengatakan bahwa hamba sendirilah yang terlalu berlama-lama sehingga angin monsun pun sudah berlalu.

Semua pedagang, baik orang Cina, Siam dan Pegu yang hendak menjual kulit rusa dan kerbau kepada kapten, yang akan memberikan keuntungan kepada Kompeni, datang kepada hamba mengeluhkan bahwa di masa lampau mereka menyerahkan lembaran-lembaran kulit itu kepada kapten di gudang dengan harga yang pasti, menurut tiga jenis kualitas kulit tersebut. Dan apabila kulit itu diterima, maka nilainya dibayarkan dengan uang perak tanpa ada selisih sedikit pun. Kemudian kepada para pedagang dari luar, harga kulit itupun dipenuhi dan mereka yang menjual banyak lembar kulit serta menyerahkannya di gudang, kepada mereka diberikan perak sebanyak satu kati, akan tetapi mereka yang menyerahkan sedikit lembar kulit  hanya diberi 15 ½ tahil, bahkan ada yang dibayar 10 tahil, seperti yang lazim berlaku di sini. Namun, kapten yang telah mengelola urusan Kompeni di sini selama 4 tahun, hanya memberlakukan kebiasaan ini selama satu tahun saja. Setelah itu dia tidak mengikuti aturan itu lagi, bahkan juga tidak mematuhi harga yang sama untuk kulit. Lagi pula, dia pun tidak bersedia menerima lembar-lembar kulit dari binatang betina, kendati lembar kulit bersangkutan tidak rusak, sehingga merugikan para penjual kulit dan mereka pun sangat berkeberatan. Hal tersebut tidak pernah dilakukan oleh para opperhoofd sebelumnya yang bekerja untuk Kompeni. Namun, opperhoofd yang sekarang ini adalah seorang yang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan jalur tali persahabatan antara kita, dan menyalahgunakan kebiasaan lama.

Hamba memerintahkan para pedagang berbangsa Cina, Siam dan Pegu agar membawa lembaran kulit kepada kapten di gudang, sambil mengatakan bahwa hanya opperhoofdlah yang berperilaku bertentangan dengan jalur tali persahabatan. Sementara para kapten sebelumnya bersama Gubernur-Jenderal dan para anggota Dewan Hindia selalu melakukan perdagangan dengan kerajaan Siam dan setiap tahun memberikan [lembaran kulit] kepada para pedagang, seperti yang lazim dilakukan. Hamba tidak dapat mengatakan semua yang dikeluhkan para pedagang kepada hamba. Apabila Gubernur-Jenderal dan para anggota Dewan Hindia tidak mencegah hal tersebut, maka perdagangan pun tidak dapat dilakukan dan keuntungan akan berubah. Dengan demikian, maka Tuan-tuan Yang Mulia tidak akan dapat mencapai tujuan mereka, dan hanya akan menderita kerugian dan tidak akan memperoleh keuntungan, oleh karena jalur tali persahabatan antara kita dengan Pangeran Oranye tidak dipelihara secara jujur. Hamba harus memberitahukan bahwa apabila kapten yang sekarang ini masih lama bermukim di Siam untuk mengelola urusan Kompeni, maka yang bersangkutan akan merusak jalur tali persahabatan dengan ulah buruknya, oleh karena yang bersangkutan tidak bersedia untuk melakukan apa yang sudah menjadi kebiasaan di Siam. Dan karena Kompeni tidak melakukan perdagangan dengan benar, maka akan mendapat kerugian dan semua arus keuntungan yang lazim dinikmati Kompeni juga akan berhenti. Oleh sebab itu, hendaknyalah Tuan-tuan Yang Mulia mengangkat seorang kepala lain untuk melaksanakan kegiatan perdagangan Kompeni di tempat ini. Apabila yang diangkat tersebut bijak dan menempuh sesuai jalur tali persahabatan yang terjalin antara kita dengan Pangeran Oranye, dengan sahabat kami Kompeni sesuai kebiasaan yang dianut kerajaan Siam, maka semua urusan dan kegiatan Kompeni akan mendatangkan lebih banyak keuntungan dari yang sebelumnya, bahkan di masa depan Kompeni akan mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.

Pada akhirnya, semua yang dilaporkan ini akan memperkokoh jalur tali persahabatan antara Yang Mulia Paduka Probat Somdat Boesitprapoudi Tsjouw [fol. 90] Dzouhou, raja hamba yang mulia serta tuanku dan dengan demikikan persahabatan jujur tersebut akan dapat langgeng hingga tiada berkesudahan, apabila di masa depan tidak akan ada lagi tindakan yang bertentangan dengan kebiasaan di kerajaan Siam, yang bertentangan dengan surat perjanjian serta kelaziman di kerajaan Siam. Semoga Gubernur-Jenderal bersama para anggota Dewan Hindia berkenan mempertimbangkan serta mengusahakan agar semua berlaku sesuai kebenaran dan kejujuran sejati.

Ditulis pada hari Selasa di bulan keempat tahun Kuda.

 

 

CATATAN HARIAN BATAVIA, 27 AUGUST 1703

Balasan dari Pemerintah Tinggi di Batavia kepada Raja Siam Somdet Phrachao Seua, 27 Agustus 1703.

 

Dari surat yang ditulis para residen Kompeni di Siam kepada Gubernur-Jenderal dan anggota Dewan Hindia dengan kapal yang baru tiba dari sana, mereka telah membacanya dengan sukacita yang amat besar bagaimana Tuhan dengan penuh kasih sayang telah menjemput raja lama dari dunia ini, dan bahwa mahkota kerajaan Siam telah diteruskan kepada Raja yang sekarang ini melalui warisan dan suksesi yang sah.

Gubernur-Jenderal dan anggota Dewan Hindia menegaskan rasa sukacita mereka yang tinggi dan mendoakan agar Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja dalam kerajaannya dan dengan pemerintahnya diberkahi kesejahteraan dan kemakmuran, sehingga Paduka Raja dapat melihat kerajaannya dari hari ke hari semakin berkembang terus dan semakin kokoh, baik untuk kemegahan dan kejayaan yang lebih besar bagi Paduka Raja maupun untuk kesejahteraan rakyatnya. Dan juga untuk Kompeni sebagai mitra kerajaan Siam yang tulus dan setia, yang melakukan perdagangan selama bertahun-tahun di sana. Seperti halnya Paduka Raja dapat yakin akan niat yang tulus dan sifat cinta damai bangsa Belanda, demikian pula Gubernur-Jenderal dan anggota Dewan Hindia juga tidak ingin sedikitpun meragukan kebaikan hati dan kasih sayang Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja terhadap Kompeni. Kami mengharapkan dari kebaikannya bahwa Paduka Raja akan dengan senang hati (jika ini belum terjadi) memperbaharui kontrak lama dan hak-hak istimewa yang sebelumnya pernah dibuat antara kerajaan Siam dan perusahaan Kompeni yang bernama baik.

Gubernur-Jenderal dan anggota Dewan Hindia selanjutnya memberitakan kepada Duli Yang Maha Mulia Paduka Raja bahwa sebagai ganti kepala senior Gideon Tant, yang telah berangkat ke Jepang dalam rangka ditugaskan oleh perusahaan Kompeni, mereka menunjuk mantan wakilnya, Aarnout Cleur [19], sebagai kepala senior di Siam.

Akhirnya bersama-sama dengan [surat] ini – sebagai bukti dari kasih sayang yang tulus dan kemauan untuk membantu yang diterima Gubernur-Jenderal dan anggota Dewan Hindia untuk layanan mereka – kami menyertai hadiah yang berikut, dengan harapan bahwa hadiah ini tidak mengecewakan Duli  Yang Maha MuliaPaduka Raja, yang terdiri dari:

 

  • 5 lembar kain kirmizi merah tua, ungu
  • 5 lembar yang sama, violet
  • x lembar yang sama, merah
  • x potongan yang sama, berwarna kayu manis
  • x lakenras Schaar ungu
  • 600 buah sompacken [20]
  • 100 buah Sanen [21]
  • 40 potong kain Persia emas
  • 10 taatsen [22] emas
  • 112 buah berbagai kerajinan gelas
  • x kotak air mawar
  • 6 gagang pensil emas
  • 6 yang sama, perak
  • 6 tabung filigrain
  • 6 tabung kulit penyu
  • 40 berbagai kacamata dengan bingkai emas, perak dan gading
  • x teleskop berlapis email dengan tabung emas
  • 375 pon cengkeh
  • 50 pon fuli
  • 15 pon pala
  • 10 pon kayu manis
  • 6 karaben yang bermutu baik
  • 10 yang sama dengan mutu biasa
  • 24 senapan kaliber musket
  • x senapan sundut (flintlock) yang disepuh emas
  • x dyang sama, karaben
  • x bedil dengan barel panjang.

 

Ditulis di Kastel Batavia di pulau Jawa Besar, Kerajaan Jaccatra, tanggal 27 Agustus 1703, Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda, Willem van Outhoorn.



[1] Phraklang

[2] Sjapia, Chaophya, juga dieja chao phraya, peringkat tertinggi di kepegawaian pada masa Ayutthaya

[3] yaitu Somdet Borom bophit phra phuttha chao yuhua, suatu istilah umum yang mengacu pada Yang Mulia Paduka Raja Siam.

[4] Luang Song Phanit, penerjemah yang ditugaskan untuk VOC.

[5] Luang Aphai Wari, pangkat dan gelar megah yang diberikan kepada opperhoofd Belanda di Ayutthaya, dalam hal ini Joannes Keijts.

[6] Luang Wisitor Wiset Sakhon, gelar lain untuk opperhoofd VOC, dalam hal ini Pieter van den Hoorn.

[7] Raja Phetraca

[8] Raja Süa.

[9] Tulisannya tidak jelas terbaca

[10] Mungkin Joannes (atau Johannes) Keyts, opperhoofd di Siam 1685-1688.

[11] Opperhoofd VOC di Siam 1688-1691

[12] Tulisannya tidak jelas terbaca

[13] Okmün Wisit Phasa atau Wiset Phasa, seorang penerjemah.

[14] Raja Phetracha

[15] Mungkin ungkapan kata dalam bahasa Siam phra ongkan, atau phra ratcha ongkan, berarti “perintah kerajaan”.

[16] Gideon Tant, opperhoofd di Siam 1699-1703.

[17] Pieter de Bitter, Komisaris VOC yang menegosiasikan Perjanjian Belanda - Siam Agustus 1664.

[18] 3 Februari 1703

[19] Arnout Cleur, kepala senior Ayutthaya 1703-1712.

[20] Sompacken, sompak, sejenis tekstil yang banyak di pakai di kalangan istana.

[21] Sanen, mungkin “sannoes”?; sejenis katun putih dari Bengala.

[22] Taatsen, taad, sejenis tekstil sutra